Nggak usah kokean cangkem..mari kita simak tulisan Mas Miolo pada Motor Plus No.127/III. Sabtu 4 Agustus 2001 tentang Yamaha Daytona ini. Tapi sebelumnya mohon maap, foto-fotonya burem.
Monggo sami-sami dipirsani tulisane..
F1ZR Daytona anyar bengisnya lebih deras ketimbang dulu. Dipermak lubang porting isap silinder lebih singkat. Dipacu pengapian digital mengail RPM bawah. Ditolong knalpot piton memaksa lengan ayun jadi pisang Ambon nggak bisa dimakan. Besi kok dimakan.
“Power enggine dicari duluan. Knalpot belakangan. Kalau knalpot duluan gimana risetnya. Wong mesinnya nggak ada” .tegas Hiroshi Kida, tuner Daytona Jepang saat uji coba di sirkuit Tawang Mas (28/7). Tentu aja berbahasa Jepang. Diterjemahkan Go Alex, bos Daytona Indonesia. Mana mungkin bahasa Jawa. Bahasa Tarzan aja wa, we, wo. Susah.
Wah beda betul sama sistem yang biasa dianut disini. Mesin yang mengalah. Ada knalpot baru. Buruan silinder dirubah
Nyok, tengok kilas balik. Hendriansyah juara nasional seeded B 1998 dan seeded A 1999, berkat F1ZR Daytona. Bahkan F1ZR Daytona duplikat pabrik Yamaha, sulit dipatahkan 1999 ditangan Ahmad Ompong Jayadi.
Sampai detik ini, ilmu Daytona wangi. Siapa ora kenal intake manifold diisi katub buluh Honda NS 50. Atau piston bolong membantu licinnya silinder. Sampai ring piston cuma satu, semata ilmu Mas Kida itu. “Yang lain podo wae. Yang berubah Cuma silinder dan pengapian itu.” Cerita Gandhoes dari Tepepa Motor Sport yang bertugas merawat motor ini.
Tengok tinggi lubang transfer, lebih singkat 2 mm. diukur dari bibir silinder Cuma 40 mm (standar 42 mm). Magnetnya produk Kukosan. Bukan kukusan rebusan singkong. Kokusan lebih tinggi mengejar rpm ketimbang Daytona lama yang pakai magnet Denso. Tapi Kokusan dan Denso sama-sama mengail tenaga di 6.000rpm.
Jika bertahan silinder lama. Udara dan bensin kelewat tipis. Portingnya Cuma disingkat 1 mm. Kelabakan bernafas panjang. Kedodoran diatas 9.000 rpm. Bensin ditransfer kompresi primer, bakal habis disamber magnet Kukosan digital ini. “Weeee., bukan magnetnya yang digital. Tapi CDI nya”. lurus Kida.
Balik lagi deh. Cukuran porting 2 mm pada silinder anyar, nggak murni. Dikorting pantat silinder dipotong 0,5 mm. Ini solusi menggeser piston benar-benar di bibir silinder. Tepatnya 0 (nol) ketika top dead center (TDC) atau bahasa bengkelnya titik mati atas (TMA).
Itu mengeleminasi kesalahan pabrik. Kan piston F1ZR mendem 0,45 saat TMA. Nah, ini dipinjam menjaga tenaga ora ngorok kelebihan bensin digasingan rendah. Kalau dihitung lubang transfer Cuma diperbesar 0,5 mm. lebih dari ini bakal ngorok. Basah dan banjir.
Jadi, paparan di atas nggak ada kaitannaya dengan knalpot. Artinya, desain knalpot menyesuaikan. Buktinya, di pasar senggol Mandala Krida. Minggu lalu. F1ZR Daytona diganti lengan ayun standar (karena melanggar regulasi). Nggak ampun, perut knalpot ditekuk habis. “Kan dibilang tadi, knalpot belakangan. Mesin duluan,” tegas Kida yang masih didampingi Go Alex repot menterjemahkan.
Ya, ya. Ya ngerti dah. Arigatooo .
Nyambung dengan posisi piston 0 di TMA. Saat kepala silinder terpasang atau aktual, ruang bakar cuma 8,7 cc. Saat kepala silinder dilepas 11,1 cc. bandingkan dengan modifikasi F1ZR local atau Malaysia bermain 9-10 cc saat dilepas.
Kompresinya rendah, memang. Cuma naik 0,2:1 stsu 7,3:1 dari standar 7,1:1. Dengan tinggi lubang buang 26 mm, jutaan kali dihitung pake rumus kompresi tetap 7,3:1. Tidak seperti dibilang dikoran harian 7,8:1.
Untuk mengail tenaga lebih cepat, “Waktu pengapian benar-benar ekstrem 2,4 mm sebelum TMA. Makanya, tenaga penuh sejak 6.000 rpm itu kuncinya. Paham sampeyan? “ kata Gandhoes. “Eh ada lagi yang beda, squish kubah kepala silinder 12 derajat.
Sokbreker belakang Daytona yang kerap putus, direvisi di versi baru ini. Asnya lebih gemuk. Tabungnya pun lebih gedhe. “Pompaanya lebuh lembut dan kenyal “, puji Bima.
jossss
BalasHapusMagnet enak nya mening yz
BalasHapusMaju lagi 2T. Jooooosss
BalasHapus